• Kiat Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat
  • Keutamaan Dalam Membaca Al-Qur'an
  • Alasan Kenapa Rasulullah SAW. Sangat Sayang Terhadap Kucing
  • Penelitian ilmiah pengaruh bacaan Al-Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya. Subhanallah, menakjubkan!
  • Misteri Rahasia Dibalik Kalimat Adzan di Waktu Subuh

Monday 1 October 2012

Implementasi Persamaan Difersensial Parsial Biasa Orde 1

0 comments

Jika y fungsi bernilai positif dalam t, dan k suatu konstanta persamaan differensial

dy/dt=ky ………….(1)

menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sembarang waktu t. Persamaan (1) adalah persamaan differensial terpisahkan dan dapat ditulis :

∫dy/y= ∫k dt
Ln y = kt + c
y=e^(kt+c)

y= e^kt+e^c atau y= 〖Ae〗^kt …………………(2)

Dimana A=e^c konstanta sembarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2) tergantung pada sifat masalah. Jika k bernilai positif maka persamaan (2) disebut hukum pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilai negative maka persamaan (2) disebut hukum peluruhan eksponensial.

Contoh Soal :

Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi 40.000. di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapakah jumlah bakteri setelah lima jam?

Jawab:

Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat itu. Jika y banyaknya bakteri dalam kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah:

dy/dt=ky ………………(1)

Dengan k faktor pembanding, dengan mengintegralkan persamaan (1)

dy/y=k dt
∫1/y dy= ∫k dt
ln y = kt + C ………………………………(2)

pada saat awal t = 0 jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan memasukkan nilai tersebut ke persamaan (2);

ln 10.000 = k(0) + C  >>>>>>  C = ln 10.000

memasukkan C ke persamaan (2) menjadi:

ln y = kt + ln (10.000)

untuk t = 2 jam, y = 40.000

ln 40.000 = k(2) + ln 10.000

k = 1/2 [ln 40.000 – ln 10.000]
= 1/2 [ ln(40.000/10.000) ] = 1/2 ln 4 = ln 4^(1/2)
= ln √4 = ln 2

Memasukkan k ke persamaan (2) menjadi:

ln y = (ln 2)t + ln 10.000

untuk t = 5 jam y = ….?

ln y = 5 ln 2 + ln 10.000
ln y = ln {2^5 x (10.000)}
ln y = ln 320.000
y = 320.000

jadi setelah lima jam jumlah bakteri menjadi 320.000

Wednesday 19 September 2012

Iman dan Ujian

0 comments




Emas tak akan menjadi indah sebelum ia diolah dalam tanur api yang panas, begitu pula berlian ia tak akan indah sebelum ia digosok dengan batu gerinda dan dipotong sedemikian rupa. Itulah sebuah perumpamaan Ujian bagi kaum muslimin dan mukminin dari Allah SWT. untuk melatih dan meningkatkan kadar keimanan.

PERHATIAN, Bacalah artikel ini dari awal sampai akhir dan renungkan sejenak Insya Allah mendapat manfaat. aamiin ...

Kunci = Sabar


Iman dan Ujian

Tafsir surat Al Ankabut ayat 2

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al Ankabut ayat 2)

Ujian adalah sebuah konsekuensi dari syahadat yang telah kita ucapkan, selayaknya seperti sebuah ucapan janji setia pada kekasih hati, maka kelak tentu saja kekasih hati kita akan meminta sesuatu dari diri kita (sebuah pengorbanan) untuk membuktikan tulusnya janji setia yang telah kita ucapkan.

Bila ujian dari kekasih bisa kita lalui dengan selamat, maka hasilnya adalah semakin cinta dan sayang perasaan kekasih kita pada diri kita, demikian juga Allah swt, Dia adalah Tuhan yang memiliki nama Ar Rohman dan Ar Rahim, Cinta Kasih dan Sayang yang ada didunia ini berasal dari nama dan sifat Allah Ar Rohman dan Ar Rohim. Bila mahkluk –Nya saja bisa sedemikian setianya karena pembuktian kalimat cinta, maka Allah akan lebih membalas hamba-hamba Nya (melebihi semua rasa yang ada) yang mengaku beriman padanya.

Ujian adalah sarana bagi mahkluk untuk membuktikan kesungguhan pengabdian dan cintanya mahkluk pada Allah swt dan utusan-Nya Rosul Muhammad saw.

Bentuk dari ujian yang Allah berikan pada manusia itu sangat beragam macamnya dan dapat dalam bentuk yang tak disangka oleh kita.

Ujian dan Cobaan dalam hidup ini adalah seperti dua tepi sisi mata uang logam, Ujian lebih sering Allah gunakan dalam dasar sayang Nya Allah untuk mengetahui derajat cinta dan iman hamba-Nya, dan dengan sarana itu Allah swt akan menaikan derajat hamba Nya yang lulus ujian itu beberapa derajat lebih tinggi dari hamba-hamba Nya yang lain.

Cobaan lebih sering Allah gunakan dengan rasa sayang Nya untuk menegur, menyapa hamba Nya dengan sapaan mesra dan sayang, sapaan yang penuh pengajaran supaya hamba yang dicintainya itu kembali lagi pada jalur cinta Nya.

Sedangkan Azab/Adzab adalah sarana yang Allah swt gunakan untuk membalas perbuatan mahkluk yang Dia ciptakan dan Dia perintahkan untuk tunduk taat pada Nya namun mahkluk tersebut dengan lancangnya berani menantang kekuasaan dan kebesaran Allah swt.

Adzab Allah bisa Dia tumpahkan di dunia maupun Dia tunda kelak di akhirat.


Ujian yang diberikan melalui manusia lainnya


Salah satu bentuk Ujian/Cobaan yang Allah swt berikan pada manusia adalah dengan manusia yang lainnya sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya;

….. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (QS Al Furqon ayat 20)

Jadi sangat tidak aneh dan mengherankan kenapa kok didunia ini ada orang-orang jahat atau orang-orang jahil yang suka menganggu sebagian orang-orang baik lainnya. Mereka Allah ciptakan untuk mengasah ke-Imanan kita.

Saat melihat suatu kejahatan dilakukan oleh orang lain maka yang harus kita lakukan adalah menegakan nahi mungkar ;

Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Mengubah kemungkaran dengan tangan, berarti mengubah/mencegah kemungkaran yang terjadi dengan kekuasaan atau dengan kekuatan yang ia miliki.

Mencegah dengan kekuasaan dan atau dengan kekuatan bukan berarti kita boleh memukuli, atau main hakim sendiri atas pelaku kejahatan/kemungkaran/ dan atau kejahilan sehingga orang tersebut akhirnya mati ditangan kita (atau ditangan masa), bila orang tersebut tidak sampai mati maka orang tersebut sekarat kesakitan dirumah sakit.

Coba kita pikirkan, bila orang tersebut yang dihajar masa adalah benar pelaku kejahatan maka saat dia sembuh dari rumah sakit kemungkinan besar dia akan insyaf dari perbuatannya malah akan sangat tipis sekali, kenapa demikian?, karena tabiat manusia adalah mendendam.

Bila yang dipukuli oleh masa itu ternyata bukan pelaku kejahatan yang sebenarnya, tapi teryata korban salah tangkap? Maka sama halnya bahwa kita telah melakukan kemungkaran itu pada orang lain. Dan bila ini kita lakukan lalu sampai orang tersebut meninggal dunia, maka kita telah melakukan dosa besar pada Allah swt karena telah berani mengambil hak Allah akan kehidupan (nyawa) seseorang.

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. 
(Al Israa ayat 30)

Jika kita menjadikan hadits mencegah kemungkaran tersebut dan Al Israa ayat 30 ini sebagai dalil diperbolehkannya untuk membunuh, atau melakukan kemungkaran (main hakim sendiri/mengeroyok orang lain), maka artinya kita bukan termasuk orang-orang yang disebut muslim dan mukmin.

Membunuh jiwa makluk lain (termasuk manusia)telah Allah atur dalam keadaan bagaimana dan kapan boleh membunuh tersebut. Kita boleh membunuh manusia lain antara lain untuk hal berikut ini, membela diri (dan ini pun niat awalnya bukan membunuh/menghakimi namun tak tersengaja dalam pembelaan diri tersebut terpaksa kita harus membunuh orang lain), dan yang kedua adalah dalam keadaan perang (jihad) dan dalam keadaan Jihad pun niat kita membela agama Allah bukan nafsu kita, seperti kisah syaidina Ali ra., saat beliau dalam keadaan Jihad dan hamper saja batang pedang beliau menebas leher musuhnya, dan saat itu musuh beliau meludahinya maka seketika itupula beliau mengurungkan niat nya untuk membunuh musuh beliau tersebut. Saat ditanya oleh musuhnya kenapa beliau lakukan itu, jawab beliau aku takut aku membunuhmu bukan karena Allah tapi karena nafsuku.

Dan bahkan sekalipun dalam keadaan Jihad, membunuh musuh atau membunuh karena Qishos pun Allah swt telah memberikan batasan aturan, yaitu kita tidak boleh berlebihan dalam cara membunuh, maksudnya tidak boleh menyiksa musuh.

Lalu bagaimanakah kita harus mensikapi bila ada seseorang Jahil yang suka menganggu dan menjahati diri kita, seolah-olah kesabaran kita telah habis dibuatnya sedang tingkah lau jahilnya tidak juga berhenti?

Allah swt menjawabnya dalam firman-Nya;

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka.
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.
Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
QS. Asy Syuura ayat 39 – 43

Dan Allah menegaskannya kembali dalam firman-Nya;

Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Al A’raf ayat 199)

Bahkan Rosullullah Muhammad saw mengajarkan kepada kita untuk tidak ikut-ikutan menjadi seorang yang berbuat kemungkaran dalam menegakkan nahi mungkar, dalam sabdanya ;

Janganlah kamu menjadi orang yang “ikut-ikutan” dengan mengatakan “Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim”. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, “Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya”. (HR. Tirmidzi)

Kenapa kita harus berbuat demikian?, karena Allah jadikan diri kita adalah ujian untuk manusia yang lain, dan Allah jadikan manusia lain adalah sebagai ujian bagi kita, dan setiap dari diri kita telah Allah ilhami dengan Taqwa dan Fujur, dan tiap diri kita telah mengerti atas dasar taqwa dan fujur tersebut apa yang dinamakan dengan kebaikan dan keburukan, maka dari itu pada hakikatnya tiap diri kita tidak berhak sombong menganggap kita yang paling baik dan taqwa saat kita menatap kejahatan yang dilakukan saudara kita yang lain.

Bencilah pada kejahatan dan kejahilan yang diperbuatnya, namun jangan benci individunya, serulah kejahatan itu dengan hikmah dan kebaikan, tolaklah dengan kekuatan sayang dan cinta, belalah dirimu dengan pembelaan yang sewajarnya dan jangan menganiyaya.

Bila semua itu telah kita kerjakan namun kejahatan masih menganggu kita maka pasrahkan saja semuanya pada Allah swt, dan doakan kebaikan;

“ya Allah hamba pasrah pada Mu atas sikap dan perilaku kaum dholimin, ya Allah Engkau maha mengetahui keadaan hamba Mu maka tolonglah aku, berikanlah mereka kebaikan dan kesadaran atas sikap mereka dengan cara Mu ya Allah, dan ampunilah mereka dalam kasih sayang Mu.”

terakhir sebagai kesimpulan saya ambilkan firman Allah swt berikut ini sebagai bahan perenungan bagi kita,

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(Al Anbiya ayat 35)

Semoga Allah memberikan kemampuan bagi kita untuk menempuh Jalan Nya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

sumber : http://chuckmamad.wordpress.com/2009/07/22/iman-dan-ujian-sebuah-tafsir-dari-surat-al-ankabut-ayat-2/

Tuesday 18 September 2012

Kiat Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat

0 comments

         Kehidupan dunia bersifat fana dan semu. Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah mati, yakni akhirat (QS Al-An'am: 33). Sayangnya, banyak manusia yang lupa atau bahkan melupakan diri. Mereka mengabaikan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah (QS Adzdzariyat: 56).

         Perkembangan zaman yang semakin maju tidak diiringi oleh peningkatan iman kepada-Nya. Geliat perekonomian yang semakin berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan mendewakannya. Our God is dollar, itulah sekiranya yang mereka pahami.

         Di lain sisi, terdapat sebagian kaum Muslim yang terjebak pada ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara duniawi. Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan diri (uzlah) dari masyarakat dan berbagai cara lainnya.

         Sesungguhnya, setiap Muslim hendaknya menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Allah SWT berfirman, "Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Alqashash: 77).

         Ayat di atas merupakan nasihat Nabi Musa terhadap Qarun, seorang kaya raya pada zaman Nabi Musa. Allah telah memberinya harta yang berlimpah ruah sehingga dibutuhkan beberapa orang kuat untuk mengangkat kunci-kunci gudang hartanya (QS Alqashash: 76). Namun, kekayaannya itu malah menjauhkan dirinya dari Allah. Ia sombong seraya menyatakan bahwa kekayaannya tersebut merupakan hasil kepandaiannya. Ia menyangka bahwa Allah memberinya segala kekayaan tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia adalah pemilik harta tersebut (QS Alqashash: 78).

         Nasihat di atas berseru kepada umat manusia untuk mencari kehidupan akhirat (surga) dengan menggunakan segala nikmat yang Allah berikan, baik berupa harta, waktu luang, masa muda, kesehatan, maupun umur yang panjang.

         Dunia merupakan ladang akhirat. Siapa yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan pula. Namun, Allah juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi, seperti makan, minum, bekerja, dan memberi nafkah keluarga.

         Ibnu Umar mengungkapkan, "Bekerja keraslah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu meninggal esok hari."  

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,



Saturday 15 September 2012

(Tanggapan) The Innocence Of Muslims

1 comments
Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu
Bismillaahirrahmaanirrahiim ...

Liat di salah satu stasiun televisi tadi, Tentang Film penghinaan Terhadap Nabi Muhammad "the Innocene of Muslim" Sontak umat Muslim di Australia dan Negara-negara Timur (Mesir,Arab,Turkey dll) Marah dan Berontak Karena membela Nabi Muhammad SAW dan Agama islam.

Marah ? itu harus, tapi tetap terjaga dengan kemuliaan Akhlak

renungkanlah sejenak kata-kata dari "K. H. Muhammad Arifin Ilham" dikutip dari facebook ...

"Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. 

Sahabatku, simaklah Kalam ALLAH ini dengan iman, "...Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan manusia & jin,...” (QS 6 : 112). 

Permusuhan ini adalah keniscayaan dengan semua cara syetan, dari perang militer, politik, ekonomi, sosial, budaya & media. Mereka bakar Alqur'an, mereka bantai umat Islam, mereka hina nabi Muhammad dengan Film, kartun etc. 

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama ALLAH dengan mulut (media) mereka, & Allah (menggagalkan usaha) mereka dengan menyempurnakan cahayaNya, walaupun org2 kafir membencinya (QS 9: 32). 

Marah harus. tetapi tetap terjaga dengan kemuliaan akhlak, jangan bersedih sahabatku, Alqur'an itu Kalam ALLAH, Islam itu agama ALLAH & nabi Muhammad itu adalah kekasih ALLAH, tidak akan pernah jatuh hina krn hinaan mns sedunia sekalipun, justru sebaiknya semakin tampak cahaya kebenaran Alqur'an & kemuliaan ahklak nabi Muhammad. 

Sahabatku inilah bertanda bangkitnya umat nabi Muhammad, pelajarilah sejarah rupawan beliau, hidupkan sunnah beliau, jaga ukhuwah & da'wahkan seperti beliau berda'wah. Assalaamu alaika ya Rasulullah, Assalaamu alaika ya HabiibAllah...kami sangat mencintai engkau ya Rasulullah, Allahu Akbar."

Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya ...
Amin.

Friday 14 September 2012

Umar bin Khattab, Yahudi Tua, dan Sepotong tulang

0 comments
Sumber Inspirasi dari Sahabat Rasulullah SAW

Adil bagi Semua Golongan


         Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.

“Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak membangun masjid di atasnya.”

Yahudi itu menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”

“Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?” tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.

“Tetap tidak akan saya jual” jawab si Yahudi.

“Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!” desak Gubernur.

Yahudi itu mempertegas jawabannya, “Tidak.”

         Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.

         Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.

“Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?” tanya Khalifah Umar. 

         Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.

Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, 
“Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan.” 

         Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan, “Tuan. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash.”

         Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras?

“Maaf, Tuan Khalifah.” ucapnya tidak puas, “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya?”

Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”

         Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk. Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.

         Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.

“Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. 

Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa penasaran saya.”

“Perkara yang mana?” tanya gubernur tidak mengerti.

“Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”

Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.”

“Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.

“Tulang itu berisi ancaman Khalifah: Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu.”

         Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.



sumber :  indraazzikra.blogspot.com dari saydha.wordpress.com

Wednesday 12 September 2012

Al-Qur'an Online

0 comments




Just Click on Qur'an's Surah. You'll redirected to Quran.com

Terima Kasih

Atas Kunjungannya ^^